3 Things I Didn't Know About Being An Entrepreneur
August 30, 2017Sebagai orang yang lulusan sekolah bisnis (S1 dan S2nya), saya harus mengakui bahwa ada banyak sekali yang saya nggak tahu dan nggak pelajari di masa kuliah dulu. Bukan, bukan karena kuliahnya udah lama banget :D. tapi memang kayanya nothing will prepare you for the entrepreneurship journey. Intinya, just expect the unexpected. Beberapa yang saya salah kaprah sebelum memulai bisnis adalah....
- Being an entrepreneur = flexible working hour
Ayo, siapa yang pengen punya usaha sendiri dengan alasan, "enak kayanya ya bisa ngatur waktu sendiri dan bisa punya waktu banyak untuk keluarga, bisa kerja dari rumah". Sayangnya, enggak segampang itu juga. Jujur waktu memulai Female Daily saya juga berharapnya seperti itu, working remotely from one coffee shop to another sambil nunggu anak sekolah. Ya bisa aja memang seperti itu, tapi memang progressnya nggak akan secepat yang diharapkan. Progress will go linear with the effort that we put in, jadi pasti beda hasilnya antara yang mengalokasikan waktu sedikit dibanding yang lebih banyak, asalkan dua-duanya sama efektif dan efisiennya ya. Trus kalo udah punya kantor, pasti ekspektasi kita teamnya juga datang pagi dong ke kantor? Sebagai leader ya kita udah seharusnya melakukan hal-hal yang kita juga expect dari mereka. Kalo udah punya tim, apalagi semakin besar, pasti koordinasi antar divisi juga makin banyak, harus lebih sering meeting. Ada banyak loh yang melakukan rutinitas daily huddle, jadi memang setiap hari harus meeting untuk update progress. Apalagi di digital kan setiap menitnya juga bisa terukur. Belum lagi kalo kita punya klien atau investor, pasti kalau meeting kita akan lebih mengikuti jadwal mereka, berikut dengan lokasi meetingnya.
Tapi ada kok sisi fleksibelnya, dalam arti, cuti kita nggak dibatasin, kan? Trus kalo perlu ke sekolah anak dan kebetulan nggak ada meeting, nggak harus ijin supervisor dulu, cukup kasih tau team inti aja. Begitu juga kalo tiba-tiba bosen di kantor dan mau kerja dari luar, akan sangat gampang untuk kita ngeluyur keluar :D
Tapi ada kok sisi fleksibelnya, dalam arti, cuti kita nggak dibatasin, kan? Trus kalo perlu ke sekolah anak dan kebetulan nggak ada meeting, nggak harus ijin supervisor dulu, cukup kasih tau team inti aja. Begitu juga kalo tiba-tiba bosen di kantor dan mau kerja dari luar, akan sangat gampang untuk kita ngeluyur keluar :D
- The bigger the team = the easier my job is cause I can delegate!
Sayangnya ini salah besar! Well, ada benarnya sih..misalnya nih, kalo dulu saya harus terlibat banyak dalam membuat sebuah event, dari mulai mencari venue, F&B, contact MC dan lain sebagainya. Sekarang sudah nggak perlu lagi melakukan itu semua, tinggal datang cantik aja pas hari H nya :D. Tapi ini untuk event kecil aja yaa, event besar seperti #JakartaXbeauty2017 kemaren sih semuanya turun tangan. Anyway, managing a company is essentially managing people. Jadi makin banyak orangnya ya makin banyak juga yang harus dihandle kan, meetingnya akan semakin banyak, setting & tracking KPInya, review performancenya dan dramanya juga makin sering kan. Trus kalo teamnya makin besar, berarti kerjaannya juga makin banyak, target sales dan traffic udah beda dengan waktu FDN baru mulai dulu, kliennya juga semakin demanding karena semakin mengerti digital, expense kantor juga semakin banyak nolnya. Intinya, semakin besar perusahaan berarti semakin besar juga challengenya dan stressnya. I don't think it will ever get easier, kan katanya kalo mau naik level memang harus ngelewatin cobaan yang berat-berat dulu.
- Being the boss = get all the company's money you want!
Ihik..kata siapa? Yaa memang bisa sih kalo perusahaannya di manage sebagai lifestyle business ya, atau perusahaan keluarga yang semuanya bisa diatur. Kalo di FDN mana bisa karena setiap tahunnya kami pasti di audit, jadi pengeluaran 100ribu pun akan diminta receipt/pertanggung jawabannya :D. Sudah ada investor juga yang kalau kita mau minta naik gaji, harus minta approval dulu dong ke mereka. Saya sejujurnya belum coba karena bertahun-tahun belum naik gaji..*curcol* :p. Kehidupan pribadi juga nggak ada yang direimburse ke kantor karena memang kita dari awal udah tau banget bahwa for the company to sustain, keuangannya mesti super hati-hati. The ultimate aim is growing the company, not rewarding the founders with money every now and then. Di startup juga mitos banget tuh kalo founders berarti gajinya paling besar. Ada banyak kok ceritanya di mana foundersnya gak gajian dulu atau gajinya jauh lebih kecil dibanding yang lainnya. Dan kalo perusahaannya lagi bermasalah dengan cash flow, udah semestinya founders mengalah, yang penting anak-anak kantor gajian. Beberapa teman founders saya nggak dapat THR pas Idul Fitri kemaren. Tapi yaa dinikmati aja kan, masih bersyukur bisa kasih THR :)
- Entrepreneurship = Glamourous
Yang ini juga salah besar! There's nothing glamour about having less sleep and creating a proposal after midnight, or getting drilled in the BOD meeting. There's also nothing glamorous about living in fear...ini memang terdengar menakutkan yah, tapi karena udah mengalaminya jadi saya ngerasanya biasa aja. Tapi memang benar sih, we do live in fear most of the time. Bukannya pesimis atau apa ya, pastinya yang namanya entrepreneurs itu naturenya adalah optimistic dan positive...tapi entah kenapa kita selalu ada di in-betweens. Selalu ada masanya di mana dalam satu hari itu kita bisa ngerasa everything is under control and we got it all figured out, eh tau-tau di siang atau sore ada berita yang bikin down banget. Mungkin karena kita selalu berhati-hati ya, as much as we want to believe that the future is bright, there's always a possibility of some gloomy days ahead.
Kalau yang sekarang baru tau FDN, pasti melihatnya "Gampang banget ya punya usaha sendiri, enak banget kantornya besar, dll'. Alhamdulillah banget sih memang udah bisa mencapai apa yang dimiliki sekarang, but do you know when was the first time we had an office? It was in 2009 and do you know how small and how uninspiring it was? :D Have you seen the ugly desk and chair we got at the flea market in Manggarai? Oh the memories...haha. Bottom line is, entrepreneurship is not an instant thing. It takes process, it's a long journey and quite a big part of the journey involves sweat, cry and anxiety.
---
Masih banyak lagi tentunya, dan waktu bikin tulisan ini judulnya tuh 10 things loh, bukan 3 things. *ambisius*. Tapi ternyata udah panjang juga dan udah kelamaan parkir di draft list. Jadi untuk sekarang 3 aja dulu yaa.
So far gimana, masih tertarik jadi entrepreneur?
Kalau yang sekarang baru tau FDN, pasti melihatnya "Gampang banget ya punya usaha sendiri, enak banget kantornya besar, dll'. Alhamdulillah banget sih memang udah bisa mencapai apa yang dimiliki sekarang, but do you know when was the first time we had an office? It was in 2009 and do you know how small and how uninspiring it was? :D Have you seen the ugly desk and chair we got at the flea market in Manggarai? Oh the memories...haha. Bottom line is, entrepreneurship is not an instant thing. It takes process, it's a long journey and quite a big part of the journey involves sweat, cry and anxiety.
---
Masih banyak lagi tentunya, dan waktu bikin tulisan ini judulnya tuh 10 things loh, bukan 3 things. *ambisius*. Tapi ternyata udah panjang juga dan udah kelamaan parkir di draft list. Jadi untuk sekarang 3 aja dulu yaa.
So far gimana, masih tertarik jadi entrepreneur?
0 comments